DENPASAR
Badan Pangan Nasional (Bapanas) Republik Indonesia menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanganan Kerawanan Pangan yang berlangsung pada Kamis, 29 Februari 2024, bertempat di Kota Depok, Jawa Barat. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya strategis pemerintah pusat dalam memperkuat koordinasi lintas sektor dan wilayah, khususnya dalam rangka mempercepat pengendalian kerawanan pangan yang berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Rakornas tersebut tidak hanya menjadi ajang diskusi dan sinergi antar pemangku kepentingan, tetapi juga menjadi momentum untuk memberikan penghargaan kepada daerah-daerah yang berhasil menunjukkan kinerja unggul dalam bidang ketahanan pangan. Salah satu yang tampil menonjol adalah Provinsi Bali, yang berhasil mencatat prestasi gemilang dengan memborong dua penghargaan nasional sekaligus.
Penghargaan pertama diberikan atas capaian Indeks Ketahanan Pangan (IKP) tertinggi secara nasional dengan nilai 87,65. Sementara penghargaan kedua diberikan atas keberhasilan Bali menorehkan angka Prevalence of Undernourishment (PoU) terendah secara nasional, yakni sebesar 3,77% pada tahun 2023. Kedua penghargaan prestisius ini diterima langsung oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dr. I Wayan Sunada, S.P., M.Agb, dari Kepala Bapanas RI, Arief Prasetyo Adi.
Dalam pernyataannya usai menerima penghargaan, Dr. Sunada menyampaikan rasa syukur dan bangganya atas capaian tersebut.
“Astungkara, syukur. Kita mampu mempertahankan prestasi sebagai provinsi dengan IKP tertinggi seperti tahun sebelumnya. Bahkan tahun ini skornya meningkat, dari 85 menjadi 87,65. Ini adalah hasil kerja keras semua pihak, dari pemerintah provinsi hingga kabupaten/kota, serta seluruh masyarakat yang turut mendukung upaya ketahanan pangan,” ujar Sunada.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa penghargaan ini bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan pemacu semangat untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pengelolaan pangan di daerah. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami tidak ingin larut dalam euforia penghargaan. Justru ini menjadi tanggung jawab moral bagi kami untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian yang telah diraih. Ketahanan pangan bukan hanya soal data dan angka, tetapi menyangkut kesejahteraan masyarakat secara langsung,” imbuhnya.
Menurut Sunada, capaian Provinsi Bali dalam IKP dan PoU menunjukkan bahwa strategi dan program ketahanan pangan yang diterapkan Pemerintah Provinsi Bali telah berjalan efektif dan efisien. Hal ini juga mencerminkan keberhasilan pendekatan berbasis kearifan lokal yang memperhatikan aspek budaya, keyakinan, dan kebutuhan spesifik masyarakat Bali.
Ketahanan pangan sendiri didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi jumlah, kualitas, maupun keterjangkauannya, yang harus tersedia secara merata, beragam, bergizi, aman, dan sesuai dengan nilai-nilai lokal. Sementara itu, indikator Prevalence of Undernourishment (PoU) atau Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan digunakan untuk menilai sejauh mana masyarakat mengalami kekurangan energi pangan secara kronis.
“PoU adalah tolok ukur penting untuk mengetahui kerentanan masyarakat terhadap kelaparan. Angka yang rendah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Bali mampu memenuhi kebutuhan energi harian mereka dengan pola konsumsi yang sehat dan berimbang,” jelas Sunada.
Bapanas berharap bahwa keberhasilan Provinsi Bali bisa menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain di Indonesia. Strategi berbasis data, program intervensi yang tepat sasaran, serta keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam membangun sistem pangan nasional yang tangguh menghadapi tantangan global, termasuk krisis iklim dan gejolak ekonomi.
Dengan penghargaan ini, Bali menegaskan komitmennya sebagai provinsi yang tidak hanya unggul dalam sektor pariwisata, tetapi juga menjadi pelopor dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.